Kamis, 19 Maret 2015
Banda Aceh - Zulkhairi terbaring lemas di atas lantai rumah singgah Rumah Sakit Umum Zainal Abidin Banda Aceh. Badannya mulai kurus sehingga menampakkan tulang-tulang rusuknya. Mata remaja berusia 19 tahun ini menatap tajam ke sekeliling pengunjung. Tangannya, tiba-tiba bergerak ke bagian perut menyibak kain yang menutup perutnya.
Kala kain penutup terbuka, bekas operasi di bagian perut Zulkhairi terlihat jelas. Panjangnya hingga di atas pusar. Di sebelah kanan perut, terlihat usus keluar hanya terbungkus dengan kantong plastik transparan. Beberapa saat kemudian, Zulkhairi kembali menutup perutnya dengan kain panjang.
"Sekarang saya hanya bisa berbaring sudah tidak mampu bangkit untuk duduk," kata Zulkhairi dengan suara pelan, Rabu (18/3/2015) sore.
Sejak akhir Januari 2015, Zulkhairi hanya bisa berbaring di atas tempat tidur usai menjalani operasi. Sebelumnya, ia bebas bergerak ke mana saja layaknya remaja lain. Setelah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) di kampung halamannya di Desa Ie Tarek II, Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara, Zulkhairi bekerja serabutan.
Ia kadang menjadi pemanjat pohon pinang jika ada permintaan dari pemilik kebun. Hari itu 16 Januari 2015, nasib buruk menimpa Zulkhairi. Saat tengah memanjat sebatang pohong pinang, ia terjatuh dan ada benda menusuk anusnya. Zulkhairi kemudian diboyong ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
“Kami kemudian membawa dia (Zulkhairi) ke Rumah Sakit Cut Meutia Lhokseumawe. Lima hari di sana keadaannya membaik karena dokter bilang luka di anusnya sudah kering dan dia dibawa pulang,” kata Juraini, kakak kandung Zulkhairi.
Seminggu berada di rumah, kondisi Zulkhari kembali berubah kadang meriang dan perutnya terasa sakit. Keluarga kembali membawa anak kedua dari empat bersaudara ini ke Rumah Sakit Cut Meutia Lhokseumawe. Setelah dirontgen, terlihat benda sepanjang ibu jari tangan orang dewasa di dalam perut Zulkhairi dan ia pun kemudian dioperasi.
"Waktu dioperasi ditemukan kayu sepanjang 10 centimeter," jelas Juraini.
Pascaoperasi usus Zulkhairi dinyatakan sudah terinfeksi dan tidak dapat disambung lagi sehingga dokter harus membuat lubang di bagian perut untuk saluran buang air besar dan kecil. Anus Zulkhairi hingga kini masih ditutup untuk penyembuhan dan pengeringan luka.
Hampir dua bulan usai menjalani operasi, dokter di Rumah Sakit Cut Meutia Lhokseumawe kemudian merujuk Zulkhairi ke Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh untuk dirontgen. Pada surat rujukan tertulis alasan dirujuk ke RSUZA karena di sana tidak ada dokter ahli.
Zulkhairi tiba di RSUZA pada Sabtu (14/3/2015) malam. Pada Senin pagi, ia diboyong ke Poli Bedah RSUZA untuk dilakukan pemeriksaan. "Dokter di sini bilang keadaannya masih lemas sehingga tidak bisa dirontgen dan disuruh balik kalau dia sudah kuat," ungkap Juraini.
Menunggu kondisi Zulkhairi lebih kuat memang sulit. Pasalnya, semua makanan yang dia makan langsung keluar semua tanpa ada lagi penyaring. "Misalnya dia makan buah-buahan atau nasi, itu keluar semua ke dalam kantong plastik ini. Makanya sekarang dia sering merasa lapar. Begitu juga saat dia minum," katanya.
Di rumah singgah RSUZA, ia hanya bisa terbaring layaknya di rumah sendiri karena tak ada infus yang terpasang di tangannya. Alasannya, kondisi Zulkhairi baik karena berdasarkan pemeriksaan awal Hemoglobin (HB) dalam keadaan normal. Tapi kondisinya hingga kini masih tetap lemas.
Dokter RSUZA, kata Juraini, menyarankan agar Zulkhairi dirawat di Lhokseumawe saja dan jika kondisinya sudah kuat, agar kembali diboyong ke rumah sakit provinsi tersebut.
"Kalau kondisi dia sudah baik kata dokter di Lhokseumawe tiga bulan sudah bisa dioperasi lagi untuk memasukkan usus ke posisi semula. Sekarang kami hanya bisa menutup ususnya dengan kantong plastik karena tidak punya uang untuk beli kantong khusus," ungkap Juraini.
Post a Comment